PALU – Sulawesi Tengah (Sulteng) bersiap menorehkan sejarah baru dalam dunia transportasi udara. Pemerintah provinsi menargetkan Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu benar-benar melayani penerbangan internasional paling lambat pada 2026.

Dengan status internasional yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 37 dan KM 38 Tahun 2025, bandara kebanggaan masyarakat Sulteng ini diproyeksikan menjadi pintu gerbang langsung menuju berbagai negara, tanpa harus transit di kota lain.

Untuk mempercepat realisasi tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menggelar rapat percepatan pemenuhan syarat administrasi dan teknis di Ruang Polibu, Selasa (16/9/2025).

Wakil Gubernur Sulteng, dr. Reny A. Lamadjido, menegaskan pemerintah tidak ingin status internasional hanya sebatas nama.

“Jangan sampai masyarakat hanya mendengar status internasional, tetapi belum ada penerbangan ke luar negeri. Karena itu, kita susun skema jangka pendek, menengah, dan panjang. Tahun depan kita upayakan penerbangan ke Cina dan negara lainnya, serta seluruh fasilitas sudah sesuai standar,” tegas Wagub.

Sejumlah langkah percepatan tengah dipersiapkan, mulai dari pembentukan tim teknis, penyesuaian anggaran, penambahan panjang landasan, perluasan lahan untuk perputaran pesawat, hingga pengadaan peralatan penunjang seperti X-ray. Pemprov juga akan bersurat kepada Pemerintah Kota Palu agar segera merevisi RTRW dan RDTR sesuai dengan persyaratan teknis bandara internasional.

Kepala Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, Prasetiyohadi, S.T., S.H., M.H., menambahkan runway tengah sedang dioptimalkan agar bisa didarati pesawat berbadan lebar seperti Airbus A330. Untuk itu, dibutuhkan pembebasan lahan seluas 36.000 m². Selain itu, renovasi terminal akan dilakukan akhir tahun ini agar bandara siap menerima penerbangan internasional.

Dalam jangka panjang, Bandara Mutiara ditargetkan membuka rute langsung ke Jeddah untuk mempermudah keberangkatan jamaah haji maupun umrah. Negara-negara lain yang berpotensi menjadi tujuan penerbangan internasional dari Palu antara lain Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Turki, Malaysia, hingga Eropa.

Rapat percepatan tersebut turut dihadiri Wakil Wali Kota Palu, Imelda Liliana Muhidin, Asisten Pemerintahan dan Kesra Fahruddin D. Yambas, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Dr. Rudi Dewanto, perwakilan Imigrasi, Bea Cukai, Karantina, serta sejumlah OPD provinsi dan kota.

Dengan terwujudnya bandara internasional, masyarakat Sulawesi Tengah tidak hanya akan lebih mudah bepergian ke luar negeri, tetapi juga merasakan dampak positif berupa peningkatan investasi, perdagangan, hingga pariwisata daerah.**