DONGGALA – Tradisi teater yang sempat meredup di Donggala kembali dihidupkan. Bengkel Sandiwara Donggala (BSD) menggelar workshop Teater Urban dan Warisan Sejarah Donggala pada 20–21 September 2025, mengaitkan seni pertunjukan dengan jejak sejarah kota tua Donggala.
Kegiatan tersebut berlangsung di Gedung Pertunjukan Kebudayaan, Kelurahan Boya, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, dengan dukungan program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FPK) 2025 Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 18. Sebanyak 25 peserta mengikuti workshop yang mayoritas berasal dari kalangan warga lokal.
Workshop menghadirkan tiga narasumber, yakni Jamrin Abubakar, Zulkifli Pagesa, dan Johar Efendi. Jamrin membawakan materi tentang jejak sejarah sandiwara Donggala. Zulkifli mengenalkan konsep teater urban dan site specific theater serta memberikan pelatihan menulis naskah, mulai teori hingga praktik. Sementara Johar mengisi sesi rehearsal atau latihan teater urban.
Para peserta tidak hanya menerima materi teori, tetapi juga praktik keaktoran, musik pengiring teater, hingga teknik pengemasan pertunjukan berbasis situs sejarah Donggala.
Ketua BSD, Andi Hendrawan Pettalolo menegaskan bahwa teater memiliki sejarah panjang di Donggala. Pada era 1930-an, sandiwara menjadi hiburan utama masyarakat. Saat itu, komunitas Sandiwara Pemuda Donggala rutin mementaskan pertunjukan dan melibatkan banyak kalangan, termasuk buruh serta pekerja pelabuhan.
“Teater adalah bagian dari kultur dan sejarah Donggala. Pada masanya, ia bukan hanya hiburan, tapi wadah pertemuan sosial yang mengikat masyarakat. Namun tradisi itu kini mulai meredup. Karena itu, BSD berinisiatif memulai kembali lewat program workshop,” ungkap Andi.
Ia menilai, memulai dari workshop adalah langkah yang tepat.
“Kalau langsung membuat pementasan besar, itu sulit. Maka kita mulai dari dasar, dari workshop. Supaya orang mengenal lagi bahwa teater atau sandiwara adalah bagian dari sejarah Donggala,” tambahnya.
Meski baru tahap awal, workshop ini diarahkan menuju lahirnya produksi teater. Para peserta nantinya akan mengolah ide dari situs-situs sejarah, bangunan tua, hingga peninggalan budaya Donggala menjadi bahan pertunjukan.
“Arah akhirnya pasti ke produksi teater. Entah nanti 25 peserta ini melahirkan satu pertunjukan bersama, atau terbagi jadi beberapa produksi kecil. Itu masih kejutan yang akan kami siapkan,” jelas Bobi.
Ia menegaskan, melalui dukungan FPK 2025 BPK Wilayah 18, Bengkel Sandiwara Donggala ingin membangkitkan kembali semangat sandiwara yang dulu pernah menjadi identitas masyarakat Donggala.
“Kami ingin generasi sekarang tahu, bahwa teater bukan sekadar hiburan, tetapi warisan sejarah yang pernah membentuk kehidupan sosial di kota tua Donggala,” pungkasnya.(Bim)