PALU – Dua sekolah di Kota Palu, SMP Negeri 19 dan SD Putra Permata Bangsa, ditetapkan sebagai sekolah model penerapan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Rabu (24/9/2025).

Program ini menekankan tiga pilar utama: mengutamakan , melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si., menjelaskan bahwa implementasi Trigatra Bangun Bahasa dilakukan melalui mekanisme pendampingan berjenjang, mulai dari sosialisasi, pemantauan, pendampingan teknis, hingga evaluasi di setiap sekolah model.

“Pendampingan ini bukan hanya seremonial. Kami akan mendampingi sekolah dalam praktik penggunaan bahasa Indonesia yang baik di ruang publik, menjaga kelestarian bahasa daerah melalui muatan lokal, serta mendorong pembelajaran bahasa asing. Mekanisme ini akan terus dievaluasi agar sekolah dapat menjadi rujukan bagi satuan pendidikan lain,” terang Hafidz.

Lebih lanjut, Hafidz menjelaskan alasan pemilihan SMP Negeri 19 dan . SMP Negeri 19 dipilih karena memiliki komunitas penutur bahasa daerah Kaili yang cukup kuat, sekaligus telah menunjukkan penerapan yang baik dalam pelestarian bahasa daerah. Selain itu, lokasinya strategis sehingga memudahkan melakukan pemantauan dan pendampingan.

Sementara itu, SD Putra Kaili Permata Bangsa dipilih karena sejak awal konsisten memasukkan muatan lokal Bahasa Kaili dalam kurikulumnya dan aktif melibatkan siswa dalam lomba serta kegiatan yang mendorong kebanggaan terhadap bahasa daerah.

“Kedua sekolah ini kami nilai punya komitmen dan praktik yang nyata. Di SMP Negeri 19, ada basis penutur Kaili dan penerapan yang sudah berjalan baik. Di SD Putra Kaili, muatan lokal bahasa daerah menjadi bagian penting pembelajaran. Ini membuat keduanya layak menjadi model sekolah Trigatra Bangun Bahasa,” jelas Hafidz.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah, Dr. Syarifuddin, M.Hum., menambahkan bahwa pihaknya akan memastikan praktik kebahasaan diterapkan dengan konsisten di kedua sekolah model. Mulai dari penggunaan bahasa Indonesia yang benar pada papan pengumuman hingga aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.

“Balai Bahasa akan mendampingi guru dan siswa, sehingga sekolah model ini benar-benar menjadi contoh bagi sekolah lain. Dengan begitu, bahasa Indonesia terjaga, bahasa daerah lestari, dan bahasa asing tetap dikuasai,” kata Syarifuddin.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, Hardi, S.Pd., M.Pd., mengamini hal tersebut. Ia menilai Trigatra Bangun Bahasa sejalan dengan kebijakan daerah dalam memperkuat literasi dan pelestarian bahasa daerah.

“Kami mendukung penuh pendampingan dari Badan Bahasa dan Balai Bahasa. Program ini akan memperkuat komitmen sekolah-sekolah di Palu dalam menjaga bahasa Indonesia sekaligus melestarikan Bahasa Kaili yang kini terancam punah,” tutur Hardi.

Kepala SMP Negeri 19 Palu, Abdul Rasyid, S.Pd., M.Pd., berharap pencanangan Trigatra Bangun Bahasa menjadi momentum penting bagi generasi muda.

“Kami ingin siswa tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki karakter kuat, bangga dengan bahasa daerah, dan siap bersaing secara global dengan menguasai bahasa asing,” ujarnya.

Rangkaian agenda pencanangan Trigatra Bangun Bahasa yang dipimpin langsung oleh Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin bersama Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulteng Dr. Syarifuddin mencakup peninjauan sarana pembelajaran di sekolah model, dialog dengan guru dan siswa terkait penerapan bahasa, serta pemaparan program pendampingan berkelanjutan.

Sebagai penutup, dilakukan penandatanganan prasasti Trigatra Bangun Bahasa sebagai simbol komitmen bersama dalam menguatkan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing di lingkungan pendidikan Sulawesi Tengah.BIM