PALU – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sulawesi Tengah menuai perhatian serius pemerintah setelah muncul laporan rentetan kasus keracunan di beberapa daerah.
Kasus pertama tercatat di Kota Palu pada 28 Agustus 2025, dengan sekitar 20 warga di Palu Selatan, Tatura Utara, mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan MBG. Selanjutnya, di Kabupaten Banggai Kepulauan sekitar 17 September 2025, ratusan siswa di Kota Salakan, Kecamatan Tinangkung, dan sekitarnya dilaporkan terdampak, dengan laporan awal menyebut 251 hingga 335 siswa. Terakhir, pada 24 September 2025, insiden serupa kembali terjadi di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), menimpa sekitar 27 siswa SMP Negeri 2 Taopa.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menegaskan evaluasi menyeluruh telah dilakukan, termasuk menyangkut kualitas bahan pangan dan mekanisme distribusi. Ia menyebut, sebagian persoalan muncul akibat pergantian pemasok di daerah.
“Operasional dihentikan sementara untuk memastikan kualitas kembali sesuai standar. Yang terpenting, dengan sinergi pemerintah daerah, kejadian seperti ini bisa dicegah sejak awal,” kata Dadan dalam rapat bersama Pemprov Sulteng di Ruang Polibu Kantor Gubernur, Kamis (25/9/2025).
Dalam agenda yang sama, Gubernur Sulteng Anwar Hafid menegaskan pentingnya keterlibatan seluruh kepala daerah hingga desa untuk mengawal distribusi makanan MBG.
“Kalau sampai ada keracunan, kita semua yang malu. Maka dari itu, mulai dari bupati, wali kota, camat, hingga kepala desa harus merasa memiliki program ini. Karena memberi makan rakyat adalah tugas mulia sekaligus tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.
Anwar menambahkan, Pemprov Sulteng akan membentuk satgas pengawasan MBG hingga tingkat kecamatan dan desa.**