PALU – Ketua Tim Penilaian Kinerja Percepatan Penurunan Stunting Kota Palu, dr. Eko Jokolelon menjelaskan, dua faktor utama penyebab tingginya stunting di Kota Palu diantaranya terjadi akibat gempa 28 September 2018 dan pandemi covid-19. Hal itu diungkapkan dr. Eko pada kegiatan Penilaian Kinerja Percepatan Penurunan Stunting Kota Palu tahun 2023, di Kampung Nelayan Resto pada Senin (6/3/2023).
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Pembangunan Daerah (Bapedda) Kota Palu tersebut dihadiri langsung oleh Wakil Wali Kota Palu, dr. Renny Lamadjido, 45 orang tim penilai kinerja percepatan penurunan stunting Kota Palu, kepala OPD, camat, lurah dan bunda PAUD se-Kota Palu.
dr. Eko menjelaskan, stunting sangat dekat dengan kemiskinan. Seperti yang diketahui, Kota Palu mengalami dua bencana secara berturut selama beberapa tahun lalu yaitu gempa 28 September 2018 dan pandemi covid-19 pada tahun 2020. Kedua bencana tersebut dinilai menjadi penyebab utama karena menyebabkan terpuruknya perekonomian dan tingginya angka kemiskinan masyarakat Kota Palu.
“Orang stunting itu sangat dekat dengan namanya kemiskinan, kita tahu sendiri 2018 kita dihadapkan dengan bencana gempa dan kembali dihantam covid-19 pada 2020. Yang kita khawatirkan itu, efek stunting 10-20 tahun kedepan. Kita ingin anak Indnesia bisa tumbuh menjadi generasi yang sehat, berkarakter, kuat dan mampu memajukan negara,” jelasnya.
Dirinya juga menjelaskan, saat ini pihaknya belum bisa mengindentifikasi rekomendasi apa yang nanti akan dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Palu berdasarkan data stunting yang sudah di input dari masing-masing sampel kelurahan yang ada.
“Kita harus kroscek dulu, apakah data yang diinput Pemkot ini sudah sesuai dengan fakta di lapangan atau belum,” jelasnya.
Wawali juga menjelaskan, tingginya angka stunting di Kota Palu harus menjadi semangat seluruh OPD untuk sama-sama berkerja dan tetap berinovatif menurunkan angka stunting 2023.
“Berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 menunjukkan adanya kenaikan pravelensi stunting di Kota Palu sebesar 0,8 persen. Kita harap, melalui penilaian kinerja percepatan penurunan stunting ini, stunting di Kota Palu bisa turun signifikat di tahun 2023,” jelasnya.
Kepala Bapedda, Arfan juga menjelaskan, Pemkot Palu melalui data stuting yang ditelah diinput tersebut akan melahirkan evaluasi atas kerja-kerja yang sudah dilakukan dan bisa memberikan rekomendasi bermanfaat untuk penurunan stunting di Kota Palu. Dirinya juga menjelaskan, Pemkot Palu melalaui komitmen wali kota dan wawali Kota Palu dalam penanganan stunting memiliki program bertajuk “Nosiapa Pale”. Frasa itu berarti pekerjaan yang dilakukan secara gotong-royong.
“Stunting bukan hanya urusan tenaga kesehatan, tetapi semua OPD juga harus ikut membantu penanganan Stunting,” jelasnya.
Penilaian kinerja percepatan penurunan stunting ini digelar selama dua hari, hari ini (7/3/2023) tim penilai akan melakukan kunjungan ke lapangan dan mengecek langsung fakta stuting untuk dicocokkan dengan data yang telah diimput oleh Pemkot Palu. Dari hasil kroscek tersebut nantinya akan melahirkan rekomendasi apa yang akan dikeluarkan untuk Pemkot sebagai upaya menurunkan angka stunting di Kota Palu.
Kegiatan ini juga diramaikan dengan 15 stand pameran pencegahan stunting yang diikuti oleh kecamatan, kelurahan, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Palu, puskesmas dan beberapa OPD terkait. Masing-masing stan dibuka untuk memberikan edukasi kepada pengunjung bagi siapapun untuk bisa mencegah terjadinya stunting. **