DONGGALA – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah resmi mencanangkan Program Inovasi Berani Pelita Hati (Peduli Kesehatan Ibu dan Anak) di Posyandu Desa Nupabomba, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, Sabtu (20/12/2025). Program ini menjadi langkah strategis percepatan penurunan stunting berbasis keluarga, Posyandu, dan desa.
Pencanangan program dipimpin Wakil Gubernur Sulawesi Tengah dr. Reny A. Lamadjido, selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP3S) Provinsi Sulawesi Tengah. Pemerintah Provinsi menegaskan komitmen menekan angka stunting melalui perbaikan kualitas data, intervensi gizi yang tepat sasaran, serta penguatan kolaborasi lintas sektor.
Secara umum, capaian penanganan stunting di Sulawesi Tengah menunjukkan tren positif. Berdasarkan data prevalensi tahun 2023–2024, angka stunting tercatat 26,1 persen. Sementara data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) yang dikelola Puskesmas secara real time menunjukkan angka 9,5 persen. Pemerintah Provinsi menargetkan penurunan hingga 14,2 persen pada periode 2026–2029 dan mencapai 5 persen pada 2045 sejalan dengan visi Indonesia Emas.
Untuk memastikan data yang akurat dan intervensi yang tepat, Pemprov Sulawesi Tengah mengalokasikan Rp5,6 miliar melalui Dinas Kesehatan Provinsi untuk pengadaan alat antropometri standar di Posyandu dan desa. Selain itu, jajaran pemerintah di lapangan diinstruksikan mendampingi enumerator saat pelaksanaan survei gizi agar pendataan benar-benar mencerminkan kondisi riil masyarakat.
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah dr. Reny A. Lamadjido menegaskan bahwa akurasi data menjadi kunci utama dalam keberhasilan penanganan stunting.
“Pemprov mengalokasikan anggaran Rp5,6 miliar untuk pengadaan alat antropometri standar. Dengan alat yang sesuai standar, pengukuran tinggi dan berat badan anak menjadi lebih akurat sehingga intervensi gizi dapat dilakukan tepat sasaran,” ujarnya.
Selain stunting, Pemprov juga memberi perhatian pada persoalan gizi lain seperti wasting sebesar 11,2 persen, underweight sebesar 24,2 persen, serta overweight sebesar 2,6 persen. Karena itu, pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diselaraskan dengan kebutuhan usia dan kondisi anak untuk mencegah munculnya masalah gizi baru.
“Pemberian makanan bergizi tidak bisa disamakan antara anak SD, SMP, dan SMA. Menu harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing agar tidak memicu overweight yang dapat menghambat tumbuh kembang anak,” kata dr. Reny.
Dalam aspek edukasi, pemerintah juga mendorong pemasangan stiker keluarga berisiko stunting sebagai bagian dari sistem koordinasi pendampingan. Masyarakat diimbau tidak merasa takut atau malu karena langkah tersebut bertujuan memastikan bantuan dan intervensi gizi lebih intensif.
“Stunting bukan penyakit menular. Pemasangan stiker ini bukan untuk memberi stigma, tetapi agar pendampingan dan bantuan bisa lebih fokus dan terarah,” jelasnya.
Pada pencanangan Program Berani Pelita Hati, Pemprov Sulawesi Tengah menyerahkan berbagai bantuan lintas sektor, meliputi pembangunan MCK, SPAM dan drainase, bantuan ternak ayam petelur, peralatan dan budidaya perikanan, bibit tanaman pangan, bantuan bahan pangan, pembangunan MCK personal, alat kesehatan dan intervensi PMT balita, perlengkapan UKS sekolah, dokumen administrasi kependudukan, peralatan usaha UMKM, serta paket sembako dari TP-PKK Provinsi Sulawesi Tengah.
Program Berani Pelita Hati di Desa Nupabomba diharapkan menjadi model percontohan penanganan stunting terpadu dan berkelanjutan melalui sinergi pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, TP-PKK, dan masyarakat, guna menciptakan sumber daya manusia Sulawesi Tengah yang sehat dan berkualitas sejak dini. BIM